LOMBOK, POSTMALANG
Jalan-jalan ke kawasan Mandalika tentu tidak bisa kita lepas dari kehadirahan atau eksistensi dari suku Sasak Sade yang bertempat tinggal di sana. Dan tidak dapat dipungkiri juga tentunya bahwa suku Sasak Sade masih memiliki ragam variasi budaya yang masih kental terlihat dan tetap terjaga hingga abad ini.
Jalan-jalan di kawasan ini tentu kita seharusnya tidak ketinggalan dan mesti pula singgah menikmati ndahnya panorama di desa wisata Sade. Mengeksplorasi beragam kekayaan budaya ayang ada serta beberapa atraksi budaya dan kebiasaan adat masyarakat desa Sade adalah hal yang tidak boleh sampai kapanpun ditinggalkan.
Baca juga: Satu Suku Menjadi Alasan Perikahan Desa Sade
Baca juga: Keranda Bergentayangan Meresahkan Masyarakat
Berbincang telah kekayaan tradisional atau tradisi dan atraksi masyarakat Sade tentu tidak lepas lagi dengan kebudayaan masyarakat ini sendiri yang masih gemar atau senang sekali melakukan aktivitas penenunan.
Yapz, menenun kain sudah menjadi salah satu atraksi dan kebudayaan khas tersendiri di hati masyarakat Sade di sini. Khususnya di desa tradisional Sade Rambitan bahwa bahkan sekalipun para pengunjung yang datang dan siapa saja yang tertarik untuk belajar menenun kain khas Lombok di sana yaitu tepatnya kain songket, tentu akan dipersilakan dan diajarkan dengan sangat ramah dan telaten. Sobat dePost Mandalika, kira-kira mau nggak nih belajar nenun di sana? Diajarin langsung sama ahli profesionalnya lho ya. Ih masak nggak mau sih?
Bagaimanapun tentu akan menjadi nilai memori tersendiri ketika bahkan kita diizinkan untuk membawa pulang hasil kain tenun hasil belajar itu. Dan ya, perlu Sobat dePost Mandalika semua ketahui, bahwa alat tenun kain songket ini sendiri dinamai sebagai ”berire”. Dimana nantinya dengan memakai berire ini kita akan mempelajari denagn tuntas abgaimana cara menyelesaikan penenunan suatu kain. Dan yap, untuk merampungkan satu kain songket saja tentunya tidak sekejap mata selesai blink blink blink dong, ya Sobat.
Masyarakat di desa Sade ini nih biasanya atau umumnya yang memang membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu lah ya buat menyeelsaikan satu kain songket itu dan yaps, benar sekali bahwa benar-benang bahan pembuatan kain songketnya itu masyarakat desa Sade ini dapatnya dengan cara yang juga masih alami naturalis, alias ya tradisional juga masih, yaitu ye... ada yang bisa tebak dengan apa, Sobat? Yap, benar sekali. Dengan cara tradisional ini adalah dengan masih memintal serat kapas dengan alat peminta tradisional. Jadi bukan sekali jadi pakai mesin berteknologi tinggi lho ya, Sobat.
Baca juga: Rumah Adat Sade Mandalika Lombok
Baca juga: Perbedaan Klepon Jawa Dan Klepon Kalimantan
Dan yap, benar sekali juga nih tebakan Sobat bahwa untuk benang-benang tenun yang dipakai ini sendiri juga memakai aneka warna benang, dan sekali lagi itu warnanya masih alami juga. Layaknya kalau kita mau menghasilkan warna kuning dengan alami ya mestilah pakai kunyit, terus kalau mau menggambar daun kelor misalnya. Eh maksudnya ya ketika membutuhkan warna biru ya, berarti bisa pakai warna dari daun kelor yang alami.
Nah yak, jadi itulah tadi seputar desa wisata suku Sasak Sade yang masuk dalam daftar wisata kawasan Mandalika atau Lombok. Sobat dePost Mandalika tentunya bisa sekali mengunjungi kawasan ini, baik itu untuk beramah-tamah dengan suku Sasak Sade yang hidup di sini maupun untuk mempelajari aneka ragam kebudayaan masyarakatnya yang tentunya itu sangat worth it sekali buat belajar bertahan hidup alias kalau dalam bahasa kerennya adalah ”survived”, hihii. Jadi ya gimana dong, berani nggak buatin baju pengantin buat si dia dengan bahan tenun di sini? Ehh, gimana gimana?
Sumber : DEPOSTBATAM