SEMARANG, DEPOSTMALANG
Oleh: Amir Machmud NS
SEBUAH puisi saya nukil dari antologi Siapkan Pakaian Putihku yang siap saya terbitkan. Betapa ekspresi bersajak seperti meronta setiap kali saya berjalan melewati sudut-sudut Kota Lama di Semarang.
Kombinasi antara eksotika sejarah dalam wujud bangunan-bangunan tua, wajah-wajah ceria manusia, dan tatapan kagum meningkahi aneka ungkapan perasaan manusia yang mengunjungi salah satu situs pariwisata unggulan di Ibu Kota Jawa Tengah itu.
Inilah puisi itu,
Baca juga: Seblak Makanan Tradisional Bandung Bikin Ngiler
Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Kamis 16 September 2021, Gemini Harmonis Cancer Memperbaiki Kesalahan
KOTA LAMA, SETIAP HARI
// bertabur cahaya di kota tua. Setiap hari/ tak berbatas segmen usia / berebut riuh ruang masa. Mereka menyorongkan kamera/ mendokumentasikan lembar lama/ dalam tuangan kisah hari ini
// berpendar mata di Kota Lama/ menatap sejarah yang disegarkan/ cahaya menyaksi makna
// ponsel pintarmu mengumpulkan waktu/ noktah-noktah yang menyatukan/ perjalanan hari ini. Lalu esok/ dalam hitam-putih masa lalu...//
(2020)
Kini, destinasi pariwisata unggulan Kota Semarang itu menjadi salah satu “jujugan” di antara Kelenteng Sam Poo Kong, Lawangsewu, dan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Selama lima tahun teraskhir ini, pengembangan substansial berupa penataan kawasan dan penambahan fasilitas makin menjadikan Kota Lama seperti gadis gaul yang bersolek elok.
Kebijakan Wali Kota Hendrar Prihadi yang menerapkan car free pada malam-malam dan hari libur di kawasan tersebut, seakan-akan memberi jeda napas kepada Kota Lama dari deru mesin kendaraan. Ruap cahaya bagai berpendar ceria, memberi tambahan nuansa gebyar kawasan tersebut. Wisatawan yang datang pun makin nyaman untuk menikmati detail demi detail eksotikanya.
Selama beberapa tahun terakhir, pemolesan dan penataan kawasan tersebut diakselerasi. Kogta Lama menjadi makin cantik dan bersih. Siapa pun yang berwisata ke Semarang, sudah pasti akan membuat rute penikmatan kota antara lain dengan mengunjungi Kota Lama.
Saat ini, penataaan lain di gang-gang kecil kiri-kanan yang membelah sejumlah titik di di kawasan Kota Lama juga dilakukan. Itu merupakan bagian dari rencana yang sedang dikebut, yakni menata jalan di gang-gang di kiri kanan jalan utama Kota Lama.
Memang keseimbangan keasrian dan kenyamanan itu perlu, karena “zona Kota Lama” tentu bakal menjadi lebih menarik apabila diperluas, memberi peluang pengusaha kuliner dan suvenir khas, di samping atraksi-atraksi kesenian yang mewarnai kesibukan di sana.
Baca juga: Leo Messi Tidak Tinggal Diam Ketika Pele Menyindir!!!!
Baca juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Rabu 15 September 2021, Virgo Stress Scorpio Konflik Kecil
Khusus suvenir khas Semarang, apalagi yang merupakan semacam merchandise, belum tampak menjadi salah satu kekuatan ikon yang diburu para pengunjung. Misalnya ikon-ikon Semarang seperti warak, kaos, topi, jaket, juga bentuk-bentuk suvenir hiasan lainnya. Makin populer kawasan ini, dan makin banyak yang datang, aspek merchandise ini makin perlu untuk diketengahkan.
Arbat di Rusia
Dua tahun silam, pada Agustus 2019, bersama rombongan promosi Pemprov Jawa Tengah, saya berkesempatan mengunjungi Kota Lama Arbat di Moskwa, Rusia. Kunjungan itu saya tuangkan dalam sebuah reportase. Kesimpulan saya, Kota Lama Semarang memiliki sejumlah kemiripan “bentuk” dan “wajah” dengan Stary Arbat.
Arbat menjadi “ancient city” yang eksotik, elok, dan nyaman. Di kawasan ini, hanya sepeda onthel yang diizinkan menjadi kendaraan untuk berlalu lalang dari spot ke spot. Sementara itu, motor dan mobil parkir di tempat khusus.
Jalanan Arbat memanjang sekitar 1,5 kilometer. Di Kota Lama Semarang, jalan membujur sekitar 500 meter, mulai dari pintu timur di perempatan Karangdoro hingga pintu barat di Jembatan Berok.
Seperti di Arbat, saya bayangkan Kota Lama Semarang akan diwarnai pernak-pernik karya seni dan atraksi-atraksi hiburan yang menandai titik demi titik kawasan. Para seniman menggelar atraksi…
SUMBER, MATAJATENG.COM