POSTMALANG,- Sekilas, gerbong itu tidak terkesan usang. Gerbong dengan warna hitam, abu-abu dan putih itu terlihat dirawat dengan baik. Catnya pun masih utuh dengan keseluruhan rangka yang terbuat dari besi.
Gerbong itu terletak persis di belakang halaman Museum Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Gerbong yang masih berdiri dengan kokoh. Namun siapa sangka di balik gagahnya gerbong tersebut, ada kisah pilu semasa melawan penjajah. Gerbong ini dijuluki dengan sebutan “Gerbong Maut”.
Konon, gerbong maut ini dulu memakan puluhan nyawa pejuang Indonesia yang dibawa dari tahanan Bondowoso yang akan di pindah ke tahanan Surabaya. Mereka diangkut dengan menggunakan gerbong barang yang ditutup rapat. Membayangkannya saja sudah membuat dada sesak.
Waktu perjalanan dari Bondowoso menuju Surabaya memakan waktu sekitar 16 jam pun membuat para tahanan kehausan dan kesulitan bernafas di dalam gerbong. Akibatnya, banyak tahanan yang meninggal dunia.
Kereta ini berangkat pada 23 November 1947 sekitar jam lima pagi dari Stasiun Bondowoso menuju Stasiun Wonokromo, Surabaya dan tiba pukul delapan malam. Gerbong yang tertutup tanpa ada udara dengan dipenuhi tahanan membuat sesak.
Baca juga: Jangan Panik Saat Knalpot Kemasukan Air, Lakukan Hal Ini
"Gerbong Maut" terbuat dari baja yang rapat, tanpa ada ventilasi apapun. Ketika pintu sudah di tutup dan dikunci, tidak ada udara yang masuk juga tidak ada udara yang keluarga. Perjalanan yang dilakukan di siang hari membuat para tahanan seperti sedang berada di dalam “oven”.
Dari tiga gerbong, gerbong maut yang ada di Museum Brawijaya adalah salah satu gerbong yang paling banyak memakan nyawa. Ini karena, dua gerbong lainnya terdapat lubang kecil. Para tahanan bergantian menghirup udara melalui lubang kecil tersebut.
Sedangkan di gerbong yang berseri GR 10152 ini tidak ada lubang sama sekali dan benar-benar rapat. Dalam kejadian ini, memakan 100 orang korbang, 46 orang meninggal, 11 orang sakit parah, 31 sakit dan 12 lainnya sehat.
"Gerbong Maut" yang ada di museum Brawijaya adalah gerbong paling baru dari gerbong lainnya. Tawanan banyak ditempatkan di gerbong ini karena kondisinya lebih panjang dari yang lainnya. Semua tawanan yang berada di gerbong ini meninggal.
Salah satu tawanan yang selamat, Singgih menceritakan ketika para tawanan berteriak meminta air, makan dan udara namun pihak militer Belanda malah mengharapkan para tawanan tewas saja daripada sampai dalam keadaan hidup.* (PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Almas Tidak Menyangka dapat Giveaway Biaya Semesteran